Kepada Malam

Malam......
Pernahkah kau merasa sangat beruntung? Ya, amat beruntung.
Aku selalu iri padamu. Kau mendapatkan semuanya, dengan tak pernah meminta. Betapa banyak bintang bertaburan yang selalu menemanimu, menghiburmu dengan sinarnya. Sekali lagi, dengan tanpa kau minta.  Tak pernah mereka berkata lelah, apalagi berpikir untuk meninggalkanmu. Tidak terbersit sekalipun.
Lagi. Ada bulan. Hanya satu, tidak sebanyak bintang, tetapi mampu memberi kehangatan dan kedamaian. Sinarnya yang remang-remang selalu memesona setiap orang. Dia mampu menghidupkanmu, memberi ketenteraman batin, tanpa kau minta.
Terkadang parade hujan juga turun untukmu. Membelah sunyi dan mengusik setiap keheningan yang biasa tercipta. Dia bukan musuh, tetapi anugerah. Anugerah Tuhan agar hidupmu tak terasa hambar. Apakah kau memintanya?
Aku iri, benar-benar iri padamu. Bagaimana bisa kau memiliki semua itu dengan tanpa meminta? Ya, aku tahu kau pun tak pernah menuntut. Tidak sepertiku. Apakah Tuhan lebih menyayangimu? Ya, mungkin saja, karena kau mampu memberi kebahagiaan bagi banyak orang. Anak-anak bermain dibawah terang bulanmu sambil menghitung bintang dan mungkin bernyanyi ‘bintang kecil, di langit yang tinggi….’, tak ada yang lebih membahagiakan untuk mereka. Orang-orang bisa tertidur dengan pulas karena adanya dirimu. Kau pun tak pernah mengharapkan kata terimakasih.
Aku iri, sangat dan teramat iri. Tetapi aku ingin sepertimu, Malam. Salahkah aku?

Di bawah terang bulan, diakhir sepertiga tahun

Sang Pengagum Malam


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN ANTARA PARAGRAF NARASI, EKSPOSISI, DAN DESKRIPSI

#dirumahaja: Harga Sebuah Percaya (A Review)

#myhappinessproject : About Pare