Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

WISTJAH : Untaian Cerita (Edisi 2)

Gambar
Dreng! Dereng… dereng dendeng! Nanti makan dendeng celeng! Si Pak Kopral muka bopeng! Si Mbok Kopral kulit srundeng ! Dreng! nDereng-dereng Dendeng! (Y.B. Mangunwijaya)                  *** Seperti kutipan diatas, kali ini akan dibahas makanan, supplier makanan tepatnya. Apa itu?? Voila, this is it!! Selama 2 tahun lebih Warung Makan Cahaya   setia menemani Wisma Tjahaja. Nama keduanya pun sama ‘Cahaya’ dan ‘Tjahaja’, hanya dalam versi berbeda, yang satu modern yang satu   vintage alias jadul. Anak-anak Wistjah biasanya delivery order by phone , memang ‘ nggaya banget’ , dan makanan diantar by bicycle . Kenapa memilih WM Cahaya??               Sumber :  http://siwi.blogdetik.com/2012/09/17/makan-makan-di-cahaya/ Hmmmm… sebenarnya kasihan kalau melihat bapak-bapak yang mengantar, apalagi kalau sedang hujan. Bapak itu tetap rela mengantarkan makanan untu...

Time Flies

Gambar
“Time flies, it’s up to you to be the navigator “ -Robert Orben- Saat ini kamu berdiri memandang gelapnya malam yang bertabur bintang di langit. Sendirian. Sepi dan sunyi. Katakan saja kamu tidak ingin diganggu orang lain. Kamu ingin berkendara ke masa lalumu dengan memandang bintang. Anggap bintang itu tujuanmu, masa lalumu. Kamu butuh kendaraan untuk sampai disana. Maka, ingatan adalah jawabannya. Ia mampu membawamu menjelajah masa lalu, meniti setiap kenangan yang ditinggalkannya. Kamu melaju dan terus melaju. Akhirnya,  ingatan menghentikanmu di suatu tempat yang begitu kau kenal, sudah menua tapi tak kehilangan lembaran kenangannya.  Kamu melihat dirimu memakai seragam putih merah memasuki sekolahmu yang dahulu. Kamu mengekor dibelakangnya. Ternyata ia sedang belajar matematika di kelas.  Kamu menyadari, waktu itu kamu berumur 8 tahun. Kamu menunggu hingga sekolah selesai dan kamu terus mengikuti dirimu yang berumur 8 tahun itu. Ia berjalan menuju rumah...

WISTJAH : Untaian Cerita (Edisi 1)

Dia, Sang Pengatur

Gambar
KRRRIIIIIINGGG!!! Jam b ekerku berbunyi, aku segera beranjak dari tempat tidur. Seperti biasa aku harus sekolah. Tepat pukul 06.30 WIB aku berangkat. Berjalan menyusuri jalan licin setengah berlumpur yang mengharuskanku melepas sepatu. Deretan pohon-pohon besar tua yang rimbun berada disisi kanan kiri jalan itu membentuk kanopi yang menghalangi datangnya sinar matahari. Bisa dibayangkan bagaimana suasananya? Ya, terasa menegangkan dan agak gelap sebenarnya, apalagi aku sendirian. Tidak banyak orang lewat sini tetapi ini jalan terdekat ke SMA bagi anak-anak yang tidak punya kendaraan. Aku tidak berani jika harus lewat daerah ini malam-malam. Sebenarnya, ada seorang temanku yang biasanya menemaniku berangkat ke sekolah, namanya Gio tetapi hari ini ia izin. Sakit katanya. Aku terus berjalan hingga akhirnya sampai pada sebuah pertigaan. Jalan menuju sekolahku ke arah kanan, tetapi entah kenapa hari ini aku sangat penasaran dengan jalan yang ke arah kiri. Jalan itu terlarang. Kata p...